Sayaajarkan – Suka sama mobil-mobilan diecast dan berniat ngumpul sesama penyuka diecast? Nggak ada salahnya kamu bergabung di Toys and Models Collector Indonesia (Tomoci).
Komunitas yang berdiri sejak 17 tahun lalu ini terus berkembang. Hingga kini anggotanya mencapai sekitar 1.000 orang, sementara jumlah member yang tergabung di Facebook Tomoci ada 9.000 orang.
“Kami mulai kumpul sebelum tahun 2000. Tapi pas ada event Volkswagen di Parkir Timur Senayan, 18-19 Juni 2000, kami ikutan. Kami bikin satu booth, ada 10 peserta, semua peserta penggemar mainan. Nah saat itu kami jadikan hari berdirinya Tomoci,” ungkap Sekretaris Tomoci Kemas Yulius Michwan kepada Warta Kota di acara 4th Indonesia Diecast Expo (IDE) 2017, di Balai Kartini, Minggu (29/10) lalu.
Tomoci menjadi pelopor komunitas penggemar mainan karena memang saat terbentuk belum ada komunitas serupa. Hingga kini Tomoci menjadi payung bagi komunitas penggemar toys dan models di Indonesia. Kegiatan komunitas ini pun semakin variatif.
Menurut Kemas, siapa saja boleh datang dan ngumpul tanpa harus jadi anggota terlebih dahulu. Jadi kalau kamu mau coba lihat-lihat dulu seperti apa kegiatannya, enggak usah sungkan-sungkan.
Swap Meet
Tomoci punya acara khas yaitu Swap Meet yang selalu terjadwal. Di Swap Meet ini biasanya ada kegiatan jual beli atau barter diecast yang diadakan para anggota Tomoci. Biasanya para anggota saling bertukar info bahkan bertukar koleksi miliknya. Tidak jarang jual beli mainan hingga beragam lomba.
“Minggu pertama dan minggu ketiga, kumpulnya di Wisma Argo Manunggal. Sabtu pertama di MGK Kemayoran, minggu kedua di Mangga Dua Square, minggu keempat ada di ruko Raden Inten seberang Mc Donald Duren Sawit. Kalau di MGK Kemayoran dan Mangga Dua Square kami kumpul mulai jam 2 siang, kalau ditempat lain mulai jam 3 sore,” jelas Kemas.
Kemas melanjutkan nama komunitas diambil dari kata toys dan models bukan tanpa sebab. Menurut dia, toys dan models memiliki perbedaan yang khusus. Toys umumnya merupakan mainan yang memang dibuat untuk anak-anak. Sedangkan models bukanlah mainan yang dibuat untuk anak-anak tapi orang dewasa.
“Biasanya toys itu diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai ribuan. Kalau models itu dibuat dalam jumlah terbatas. Toys itu biasanya dipakai untuk mainan sedangkan models biasanya dibeli oleh orang dewasa kemudian dipajang,” jelasnya.
Lebih Mahal
Kemas mengatakan bahwa saat ini kenyataannya harga toys lebih mahal jika dibandingkan models. Ia mencontohkan, harga sebuah mobil hotwheels saat ini Rp 30.000, tapi bisa jadi 3-5 tahun mendatang harga hotwheels akan naik menjadi Rp 300 ribu.
“Menurut saya mainan itu kan dibuat untuk anak-anak, jadi cepat hancur. Kalau misalkan mainan pada saat itu diproduksi 100 ribu pieces, mungkin 20 tahun mendatang, mainan yang selamat palingan 3-5 persennya, atau sekitar 3.000-5.000 pieces. Sedangkan kalau models, misalnya produksi saat itu 10 ribu, tapi 10-20 tahun kemudian, model yang tersisa masih ada 9.000 jadi persentasenya jauh. Hal itu yang menyebabkan ada kenaikan harga pada toys atau diecast,” papar Kemas.
Bagi kamu yang baru mengkoleksi diecast, Kemas memberi saran, koleksilah diecast yang disukai, tidak perlu ikutin tren. “Kalau kita beli sesuatu barang yang mahal, tapi nggak tau kenapa mahalnya, nah ketika harga jualnya jatuh, kita akan sakit hati,” ujarnya.
Lalu bagaimana mengetahui antara diecast asli atau palsu? secara fisik akan terlihat beda antara original dan palsu. Dari kualitas cat, beratnya, kualitas roda, jadi kelihatan walapun cetakannnya sama. Biasanya yang palsu bentuknya nggak proporsional,” pungkas Kemas. (dip)
