Sayaajarkan – Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak ditakuti karena memiliki efek kesehatan yang sangat buruk, salah satunya adalah menyebabkan komplikasi dan juga menyebabkan kematian. Tak hanya menyerang orang dewasa, anak-anak pun juga rentan terkena penyakit mematikan ini.
Komite Penanggulanan Kanker Nasional menyatakan bahwa penyakit ini membunuh lebih banyak dari AIDS, malaria dan TBC. Tingkat kematiannya bahkan setara dengan gabungan ketiga penyakit tersebut. Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) oleh Kementerian Kesehatan menemukan prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4 ‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 kasus.
Ahli onkologi dari Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi, Prof. Dr. dr. Moeslichan SpA (K), mengatakan, kanker pada orang dewasa bisa dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau kurang berolahraga. Ini adalah faktor yang dapat dicegah. Namun, gaya hidup bukanlah faktor pemicu pada anak, sehingga jauh lebih sulit dicegah
“Inilah pentingnya deteksi, karena kanker pada anak sulit dicegah, bahkan gejalanya tak mudah dikenali. Orangtua harus sadar bahwa mereka memiliki peran penting dalam deteksi dini secara berkala,” ungkap Moeslichan dalam keterangan tertulisnya yang diterima Warta Kota, Selasa (13/2).

Gaya hidup bukanlah faktor pemicu kanker pada anak, sehingga jauh lebih sulit dicegah. Credit Photo: National Cancer Institute
Menurut Moeslichan, penting bagi orangtua untuk tahu apa yang harus diperhatikan, dengan sering-sering memeriksa keadaan seluruh tubuh anak, misalnya apakah ada benjolan. Ini bisa dilakukan dengan meraba saat memandikan anak.
Hati-hati pula apabila anak sering panas dan pucat, ada bintik-bintik pada kulit ataupun pendarahan pada kulit. Waspadai juga nyeri tulang, anak-anak belum bisa mengkomunikasikan sakit ini, sehingga dapat dipantau dari berkurangnya aktivitas fisik dari yang biasa mereka lakukan.
“Bila ada satu atau lebih dari gejala ini muncul, maka segera tes darah dan telusuri lebih detail dan lengkap dari hasil test darah tersebut,” jelas Moeslichan.
Sementara itu, Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo, mengatakan bahwa penanganan kanker bisa dilakukan melalui solusi teknologi, seperti halnya radiologi dan radiologi onkologi.
“(radiologi dan radiologi onkologi) bertujuan untuk membantu tenaga medis profesional membuat diagnosa yang meyakinkan serta merencanakan terapi pribadi untuk memastikan perawatan yang efisien,” ungkap Suryo.

Penanganan kanker bisa dilakukan melalui solusi teknologi, seperti halnya radiologi dan radiologi onkologi. Credit Photo: Citizen Digital
Selain menghadirkan solusi teknologi, tambah Suryo, Philips juga merancang Ambient Experience di rumah sakit Noahs Ark Children Hospital di Amerika Serikat yang mencakup pencahayaan dinamis, proyeksi dan suara yang membantu pasien rileks. Ini sangat membantu pasien muda, terutama anak-anak untuk merasa lebih nyaman, mengurangi rasa khawatir dan takut.
“Sebagai perusahaan teknologi kesehatan, kami sangat sadar akan sulitnya memerangi penyakit kanker. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kehidupan masyarakat dengan menghadirkan solusi teknologi serta berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat dan deteksi dini,” ujarnya.
Data dari Kementerian Kesehatan menemukan bahwa prevalensi kanker pada anak-anak adalah 2% dari semua kejadian, namun merupakan penyebab kematian kedua pada anak-anak berusia antara 5-14 tahun.
Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI) menemukan bahwa prevalensi anak-anak dengan penyakit ini meningkat 7% setiap tahunnya. Leukemia adalah yang paling umum terjadi pada anak-anak, diikuti oleh retinoblastoma, osteosarcoma, neuroblastoma, dan maligna limfoma.
