Sayaajarkan – Kasus Covid-19 meroket di Indonesia sejak tercatat ada 2 WNI yang positif terjangkit virus ini pada 2 Maret 2020. Update pada Jumat malam (20/3), jumlah pasien yang positif sudah di 369 orang. Total 32 orang meninggal dunia dan 17 orang dinyatakan sembuh.
Himbauan untuk Work From Home (WFH), ibadah dirumah, dan tidak keluar dari rumah sudah dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini merupakan salah satu tindakan pencegahan untuk meminimalisir kontak dengan orang lain. Tentu ini akan efektif untuk penyebaran virus.
Setelah himbauan untuk melakukan social distancing, kini pemerintah akan mulai melakukan rapid test. Rapid test ini akan mulai dilakukan dari wilayah-wilayah yang tercatat memiliki tingkat persebaran Covid-19 yang tinggi.
Seberapa efektifkah langkah pemerintah dalam menerapkan rapid test?
Rapid Test Covid-19 Dapat Mendeteksi Lebih Cepat
Pada Jumat 20 Maret 2020, pemerintah menginstruksikan untuk mulai melakukan rapid test. Ini akan dimulai dari wilayah-wilayah yang memiliki tingkat persebaran Covid-19 yang tinggi.
“Kami prioritaskan menurut hasil pemetaan menunjukkan indikasi yang paling rawan di Jakarta Selatan,” kata Presiden Joko Widodo. Informasi ini disampaikan Jokowi melalui video conference dari Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (20/3).
Jokowi menyatakan bahwa nantinya rapid test dilakukan dengan mendatangi rumah ke rumah. Petugas kesehatan, baik dari rumah sakit maupun puskesmas, akan menjadi pasukan untuk melakukan rapid test ini.
Sebelum adanya rapid test ini, uji corona virus atau covid-19 dilakukan dengan uji Swab. Tes swab merupakan tes yang dilakukan dengan pengambilan jaringan sel pada hidung atau tenggorokan.
Rapid test sekarang dilakukan karena metode ini dinilai lebih efektif dan lebih cepat dalam mendeteksi. Rapid test dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk diuji imunoglobulinnya.
Namun perlu dicatat bahwa pengujian menggunakan rapid test hanya bisa berhasil pada orang yang terinfeksi covid-19 selama sepekan atau lebih. Oleh sebab itu, pemerintah tidak menargetkan daerah-daerah yang akan dilakukan rapid test virus Corona.
Pemeriksaan rapid test menurutnya, hanya dilakukan berdasarkan data tracing pasien positif corona. Sehingga prioritasnya adalah orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien positif.
“Prioritasnya bukan Jakarta, prioritasnya adalah pasien, kalau pasiennya banyak di Jakarta Selatan ya berarti di Jakarta Selatan. Tapi kan ada juga yang pasien yang tinggal di luar Jakarta, misalnya pasien ada di Solo, di Madiun, jadi bukan daerah ya, orientasinya pada orang yang sakit,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto.

Edukasi Isolasi Diri, Monitoring dan Konsultasi
Melalui rapid test, hanya pasien corona dengan kondisi sakit sedang hingga berat yang akan mendapatkan pelayanan rumah sakit. Sedangkan, pasien dengan gejala ringan akan diminta melakukan isolasi mandiri.
Tentunya akan ada pantauan bagi pasien-pasien yang melakukan isolasi mandiri. Pihak puskesmas setempat akan melakukan pantauan intensif kepada mereka. Selain itu, mereka bisa melakukan konsultasi online melalui aplikasi Halodoc.
“Kami desain sehingga pemeriksaan massal diikuti langkah sosialisasi, edukasi cara isolasi diri, monitoring, dan konsultasi melalui Halodoc,” kata Yurianto.
Mari kita semua menjaga diri agar situasi ini cepat berlalu. Jaga kesehatan tubuh, ikuti saran atau panduan kebersihan dari WHO atau pemerintah setempat, serta kurangi kontak dengan orang lain.
#StaySafeIndonesia #DirumahAJa
