Sayaajarkan – Ketindihan adalah fenomena dimana saat tidur manusia merasa tubuhnya sulit digerakkan, serasa ada sesuatu yang membekap dan menindih tubuh hingga sulit bernapas, bergerak dan bangun. Orang Sunda bilang eureup-eureup. Benarkah Ketindihan erat kaitannya dengan hal mistis?
Tahukah kamu, sebenarnya secara medis, fenomena tindihan disebut sleep paralysis. Gejala ini bukanlah hal yang luar biasa, justru sangat wajar terjadi terutama pada mereka yang kurang tidur.
Saat tubuh sangat lelah dan sedang beristirahat, otak terkadang tidak bisa diajak kompromi untuk turut beristirahat. Sehingga meskipun anggota tubuh sedang tidur, otak dapat membuat indra tertentu terjaga, seperti mata yang masih dapat melirik/melihat situasi dan telinga yang dapat mendengar.
Sedikit informasi, di dalam otak terdapat jutaan sel syaraf yang saling berinteraksi. Interaksi tersebut adalah berupa lompatan impuls yang berupa sinyal listrik dari satu neuron ke neuron yang lain yang menghasilkan suatu gelombang, semakin cepat frekuensi lompatan impuls maka semakin besar frekuensi gelombang yang dihasilkan.

Pada keadaan normal, proses tidur manusia yang baik adalah berturut–turut dimulai dari Betha sampai Delta. Credit Photo: www.athleticform.us
Besarnya frekuensi gelombang otak menandakan kondisi fisik, kesadaran. dan pikiran kita.
Betha, frekuensi 12 – 25 Hz.
Dominan pada saat kita dalam kondisi terjaga, menjalani aktifitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisa tinggi.
Alpha, frekuensi 8 – 12 Hz.
Dominan pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada. Misalnya ketika kita sedang membaca, menulis, berdoa dan ketika kita fokus pada suatu obyek. Gelombang alpha berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alpha juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hypnosis yang ringan. Pada level ini sering terjadi mimpi atau hayalan.
Theta, frekuensi 4 – 8 Hz.
Dominan di saat kita dalam kondisi hypnosis, meditasi dalam, hampir tidur, atau tidur.
Delta, frekuensi 0,1 – 4 Hz.
Dominan saat tidur lelap tanpa mimpi. Dan juga dialami oleh mereka yang jatuh pingsan atau koma dengan skala yang ‘parah’. Dalam frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang baik bagi kesehatan manusia. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar. Dan di wilayah inilah tidur tahap paling dalam (Rapid Eye Movement) terjadi.

Kalau kamu tak ingin ketindihan, usahakan jangan melakukan aktivitas yang melelahkan sebelum tidur. Credit Photo: Time Magazine
Pada keadaan normal, proses tidur manusia yang baik adalah berturut–turut dimulai dari Betha sampai Delta. Namun jika keadaan tubuh kita sedang stress, kelelahan, dan jam tidur tidak teratur, maka urutannya menjadi betha, alpha, delta, dan kembali ke betha.
Gelombang otak yang melompat dari tahap tidur ke tahap sadar secara tiba-tiba ini membuat tubuh mengalami kesadaran di bagian tubuh atas (mata, telinga) tetapi bagian tubuh yang lain belum sadar (khususnya bagian bawah tubuh). Dan hal itulah yang kemudian memicu fenomena sleep paralysis atau yang biasa disebut ketindihan.
Penelitian dari University of Toronto menemukan bahwa sleep paralysis terjadi karena perubahan kimiawi di otak. Perubahan tersebut menyebabkan saraf-saraf yang menggerakkan tubuh lumpuh untuk sementara. Senyawa yang terlibat dalam kelumpuhan saraf-saraf tersebut ada dua, yakni glycine dan GABA (gamma-aminobutyric acid).

Lompatan dari tahap tidur ke tahap sadar secara tiba-tiba adalah penyebab utama Ketindihan.
Sedikit informasi, ketika tidur aktivitas otak mengalami dua hal berbeda, yang disebut tidur aktif atau REM (rapid eye movement) dan tidur (non-REM). Non-REM selama tidur akan menghasilkan gerakkan selagi tidur, seperti berbicara atau berjalan ketika tidur. Sedangkan REM adalah fase tidur yang dalam hingga bisa terjadi mimpi.
Sleep paralysis terjadi saat tidur memasuki fase REM dan senyawa glycine dan GABA bergantian menduduki neurotransmitter. Akibatnya komunikasi saraf terhenti dan menjadikan tubuh belum siap ketika otak mendadak terbangun dari tahap REM. Hal ini akan menyebabkan kita tersadar namun tubuh belum mampu digerakkan.
Fase REM sendiri umumnya terjadi ketika tidur malam memasuki menit ke 90, lalu berlangsung hampir sepanjang malam. Saat terjadi sleep paralysis, aktivitas otak selama fase REM tetap tinggi, sehingga sangat memungkinkan munculnya halusinasi dan perasaan setengah tertidur.

Tahukah kamu, ketindihan sebenarnya hanya terjadi sekitar 2-3 menit saja. Credit Photo: Dailymail.co.uk
Kabar Buruk
Di saat kita ketindihan, memang akan sangat menakutkan karena kita menjadi cemas dan merasa sangat panik. Terlebih lagi, kondisi kita saat itu tidak benar-benar sedang terjaga.
Belum ada obat yang dapat menyembuhkan ketindihan atau sleep paralysis ini. Terapi yang dilakukan lebih fokus kepada pencegahan agar tidak terjadi ketindihan.
Kabar Baik
Kita sebenarnya tidak perlu khawatir kalau mengalami sleep paralysis. Sebab hal ini hanya terjadi sekitar 2-3 menit, setelahnya otak dan tubuh akan normal aktif dan terhubung kembali. Belum pernah ada kejadian yang membuat seseorang sampai meninggal karena ini.
Jadi jangan panik lagi ya kalau nanti malam mengalami ketindihan. 🙂
