Sayaajarkan – Indonesia dikagetkan dengan peristiwa bom Surabaya pada tanggal 13 Mei 2018, beberapa hari sebelum datang bulan Ramadhan. Tiga gereja di Surabaya menjadi target teroris. Serangan bom di tiga gereja di Surabaya ini, menyingkap fakta mengejutkan. Terduga pelaku teror diketahui merupakan satu keluarga.
Sebagaimana diberitakan di kompas.com, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom Surabaya ini. Kepolisian juga menemukan indikasi keluarga tersebut berafiliasi pada ISIS. Hal ini karena pelaku, Dita Oepriarto (47), menurut catatan kepolisian merupakan Ketua Jamaah Anshar Daulah (JAD) Surabaya Raya.
JAD sendiri merupakan salah satu organisasi penopang ISIS yang beraktivitas di Tanah Air.
Jendral Polisi Tito Karnavian mengatakan bahwa ada 3 cara pelaku menjalankan aksinya.
Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)
Pada aksi ini Dita Oepriarto membawa bom di mobil minibus pribadinya dan menabrakkannya ke pagar Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Ledakan di Pantekosta ini menjadi ledakan terbesar dalam rangkaian bom Surabaya pada hari Minggu pagi tersebut (13/5).
Ledakan di sini mengakibatkan sejumlah korban meninggal dunia, korban luka-luka, dan membuat kendaraan disekitarnya juga terbakar.

Kendaraan yang hangus terbakar atas aksi bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (13/5). Credit Photo: SINDOnews
Gereja Kristen Indonesia
Di lokasi ini, pelaku yang membawa bom adalah istri dari Dita, Puji Kuswati, yang juga membawa kedua putrinya. Bom dikitankan pada pinggang masing-masing dan mereka berjalan masuk menuju gereja.
Untungnya, tidak ada korban jiwa dari masyarakat setempat kecuali ketiga pelaku yang meledakan diri mereka. Walaupun demikian, teror yang disebarkan sama dasyatnya dengan aksi bom bunuh diri lainnya.
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela
Pelaku bom Surabaya di lokasi ini adalah kedua putra dari Dita dan Puji. Firman (15 tahun) dan Yusuf (17 tahun) membawa bom berboncengan dengan sepeda motor ke Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Surabaya.
Sesaat setelah memasuki gerbang Gereja, mereka meledakkan bomnya.

Situasi setelah pengeboman di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya. Credit Photo: Budi Sugiharto dari Jatimnow.com
Secara urutan kejadian, bom pertama meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela pada pukul 7.07 Wib, Gereja Kristen Indonesia pada pukul 07.45 Wib, dan terakhir adalah di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya sekitar pukul 08.00 Wib.
Tentu ini adalah peristiwa yang sangat memilukan bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya merenggut nyawa manusia, kejadian ini mengingatkan kita bahwa kelompok ekstrimis dan kelompok teroris ada di tengah-tengah warga. Dahulu, aksi teror dilakukan sendirian, namun di peristiwa Bom Surabaya ini pelaku mampu mengajak istri dan anak-anaknya melakukan aksi teror.
Mari kita doakan agar jaringan teroris dan ekstrimis ini dapat dimusnahkan dan kedamaian akan hadir di tengah-tengah kita semua. Kita bisa ikut berpartisipasi untuk menjaga keamanan lingkungan kita dengan cara melaporkan hal-hal yang mencurigakan ke akun twitter @BNPTRI, @CCICPolri, serta @DivHumas_Polri.
Jagalah keberagaman kita, curahkan kepedulian antar sesama umat manusia, jagalah NKRI!
Kredit Video: GTV News
