Sayaajarkan – Lima tahun sekali negara kita mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu), lima tahun sekali pula wacana untuk golput muncul di sebagian kalangan masyarakat.
Dengan masing-masing alasannya, mereka menganggap memilih untuk tidak memilih adalah pilihan terbaik dalam pesta demokrasi tersebut. Tak terkecuali pada Pemillihan Presiden (Pilpres) 2019 yang akan digelar pada 17 April mendatang.
Kabarnya, sebagian kalangan mengaku tidak puas terhadap pilihan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang ada yaitu pasangan Joko “Jokowi” Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Sejarah Golput
Istilah “golput” saat ini dimaknai sebagai tidak memilih. Caranya bisa dengan cara tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS); sengaja memanfaatkan waktu untuk berlibur; atau lain sebagainya. Namun, pada awalnya istilah ini merujuk kepada gerakan yang lebih spesifik.
Indonesia mengadakan pemilu pertama kali pada tahun 1955. Meski begitu, istilah “golput” baru muncul pada Pemilu kedua yaitu pada tahun 1971.
Golput merupakan kependekan dari “golongan putih.” Sejarah singkatnya, menurut Ekspres edisi 14 Juni 1971 seperti dikutip dari Tirto, penamaan “golput” merujuk pada suatu gerakan atau ungkapan protes, yaitu dengan datang ke kotak suara namun menusuk kertas putih di sekitar gambar partai pilihan, bukan gambarnya. Hal ini menjadikannya tidak sah.

anyak yang menganggap golput sebagai sikap cuek atau tak perduli. Benarkah demikian? Credit photo: Detik News
Didasari Rasa Kecewa
Gerakan ini dikumandangkan oleh pemuda dan mahasiswa karena kecewa dengan pemerintah dan Pemilu pertama di era Orde Baru (Orba) yang segera digelar tersebut. Tata politik Orba dianggap tidak benar-benar menjalankan demokrasi melainkan hanya menggunakan Pemilu untuk kepentingannya sendiri.
Menurut majalah Tempo edisi 19 Juni 1971, wacana golput ini pertama kali muncul dari Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKRI), Max Wajong. Kala itu dia menyerukan sebutan “menjadi penonton yang baik.”
Meski begitu, istilah “golput” baru populer setelah seorang tokoh mahasiswa, mantan Ketua Ikatan Mahasiswa Kebayoran, Imam Walujo Sumali menggunakannya dalam sebuah artikel yang dia tulis.
Begitulah sejarah singkat golput. Ngomong-ngomong, apakah kamu termasuk ke dalamnya atau sudah menentukan pilihan? Apa pun itu, pilihlah dengan bijak! Karena masa depan Indonesia ada di tangan kita.
