Sayaajarkan – Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang berpotensi mengalami banjir saat musim hujan. Terlebih lagi, disaat curah hujan sedang tinggi-tingginya seperti yang baru-baru saja terjadi di awal tahun 2020. Disaat seperti ini, masyakrakat memerlukan sebuah peringatan agar mereka bisa sigap dan segera mengungsi sebelum terlambat. Salah satu bentuk peringatan adalah dengan Toa.
Betul, ini adalah salah satu pernyataan yang sempat membuat geger masyarakat. Baru-baru ini Gubernur Anies Baswedan menyarankan peringatan banjir menggunakan alat pengeras suara (sumber: Kompas.com).
“Salah satu hal yang akan diterapkan baru, bila ada kabar (akan banjir), maka pemberitahuannya akan langsung ke warga,” kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta (8/1/2020).
“Jadi kelurahan bukan ke RW, RT, tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa (pengeras suara) untuk memberitahu semuanya, termasuk sirine,” ujarnya.
Ini Toa Bukan Toa Biasa
Toa merupakan sebuah merk pengeras suara yang berbentuk corong. Walaupun kecil, namun suaranya nyaring dan lantang. Biasanya memang untuk keperluan “halo-halo” untuk di masjid-masjid, masyarakat demo, dan sebagainya.
Walaupun secara ‘literal’ Anies meminta pihaknya untuk memperingati masyarakat saat terjadi banjir dengan membawa pengeras suara, Pemprov DKI akan menyiapkan pengeras super!
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta telah mempersiapkan pengeras suara yang dapat dipantau langsung dari Pusdatin. (Pusat Data dan Informasi Kementrian Pertahanan).

Dalam penanggulangan banjir, ada beberapa tingkatan siaga yang perlu masyarakat ketahui:
Siaga IV : Belum ada peningkatan debit air secara mencolok. Komando di lapangan, termasuk membuka atau menutup pintu air serta akan dikemanakan arah air cukup dilakukan oleh komandan pelaksana dinas atau wakil komandan operasional wilayah.
Siaga III : Bila hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya debit air meningkat di pintu – pintu air tetapi kondisinya masih belum kritis dan membahayakan. Meski demikian, bila status siaga III sudah ditetapkan, masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatunya dari berbagai kemungkinan bencana banjir.
Siaga II : Bila hujan yang terjadi menyebabkan debit air mulai meluas, maka akan ditetapkan Siaga II, penanggung jawab untuk siaga II ini adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Prov. DKI Jakarta yaitu Sekretaris Daerah.
Siaga I : Bila dalam enam jam debit air tersebut tidak surut dan kritis maka ditetapkan Siaga I. Penanggung jawab penanganan status siaga I langsung di tangan Gubernur.
Toa spesial yang sedang disiapkan ini akan menjadi alat berupa speaker jarak jauh. Fungsi mengumumkan Informasi kepada masyarakat pada daerah rawan banjir yang dibunyikan saat pintu air sungai alirannya Siaga III.
Anggaran Fantastis Sebesar 4M
BPBD DKI Jakarta mengatakan bahwa saat ini sudah ada 14 sistem peringatan dini bencana di Jakarta. Pengeras suara ‘super’ ini nantinya akan menjadi tambahan yang akan dipasang di 6 titik rawan banjir.
Toa Luar Biasa ini sudah dimasukan dalam rancangan DWS (Disaster Warning System) di RAPBD 2020. Rinciannya dapat kita lihat di situs apbd.jakarta.go.id sebagai berikut:
- 6 set Stasiun ekspansi peringatan dini bencana transmisi Vhf Radio, Rp 3,122 miliar.
- 6 set pole (menara) DWS, Rp 353,096 juta.
- 6 set modifikasi software untuk Telementry dan Warning Console, Rp 416,215 juta.
- 6 set coaxial arrester, Rp 14,124 juta
- 6 set 30W horn speaker buatan lokal, Rp 7,062 juta.
- 6 set storage battery 20AH, 24V, Rp 70,618 juta.
- 6 set 3 element yagi antenna, Rp 90,392 juta.
Jika kita total, maka akan memakan biaya yang cukup fantastis yakni Rp 4,073 miliar. Semoga pengeras suara luar biasa ini bermanfaat untuk peringatan banjir ke depannya.
Apakah ini merupakan solusi terbaik untuk peringatan dini? Tulis komentar Anda di bawah!
